SURABAYA – Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menyelenggarakan Praktik Kuliah Lapangan (PKL) mata kuliah Folklor secara luring setelah dua tahun terhalang pandemi. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar selama dua hari pada Senin-Selasa (20-21/6/2022).
Pada hari pertama, seluruh mahasiswa mengikuti kegiatan inti yaitu meneliti folklor yang ada di Desa Kemloko. Dalam hal ini, seluruh mahasiswa dibentuk menjadi beberapa kelompok berdasarkan objek-objek folklor yang ada di sana.
Adapun folklor (tradisi) yang menjadi objek penelitian pada PKL tersebut yaitu gula kelapa, macapat serat Ambyuk, genjring, Reog Sawonggaling, gendang jimbe, Reog Bulkiyo, seni sungging, barongan, wayang kulit, sholawat diba, gamelan, sholawat cidor, Jaranan Cemani Putro, kakao, dan budidaya ikan koi.
Tidak hanya itu, mahasiswa juga menyaksikan pertunjukan tradisional khas masyarakat Kemloko yaitu Reog Bulkiyo dan genjring secara langsung. Pertunjukan tersebut merupakan inisasi Tubiyono Drs MSi selaku dosen pengampu mata kuliah Folklor supaya mahasiswa mendapatkan pengalaman praktis terkait kesenian tersebut.
Pada hari kedua, seluruh mahasiswa mengikuti kegiatan kuliah Folklor tentang sejarah dan perkembangan tradisi di Desa Kemloko yang diampu langsung oleh aktvitis kebudayaan di sana. Setelahnya, mahasiswa turut andil melakukan kerja bakti sebagai bentuk pengabdian terhadap desa binaan.
Nasrudin selaku pemerintah Desa Kemloko mengatakan bahwa ia dan masyarakat di sana sangat senang dengan kedatangan mahasiswa.
Pertunjukan Reog Bulkiyo. (Dok. Pribadi)
“Pada dasarnya masyarakat Kemloko welcome menerima panjenengan. Ke depan saya berharap hubungan kita UNAIR dan Desa Kemloko terus lanjutkan, ” ucapnya.
Tujuan Praktik Kuliah Lapangan (PKL)
Baca juga:
Sri Hastjarjo, S Sos , Ph D: Pers dan Media
|
Tubiyono Drs MSi selaku dosen pengampu menjelaskan bahwa PKL Folklor tersebut memiliki beberapa tujuan sebagai berikut.
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman praktis di lapangan secara langsung mengenai tradisi lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan yang ada di Desa Kemloko, Blitar.Mahasiswa mendapatkan informasi atau data primer di lapangan (masyarakat) sebagai pemilik sekaligus pewaris tradisi.Mahasiswa dapat mempelajari, memahami, dan merasakan suka-duka masyarakat pemilik tradisi yang agraris. Dari hal tersebut, mereka diharapkan dapat memiliki rasa empati kepada wong cilik di desa tersebut.Mahasiswa dapat belajar terkait pengumpulan data tentang tradisi yang tidak dapat diwakilkan oleh siapapun, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan hasil.Mahasiswa mendapatkan pengalaman organisasi kegiatan yang selalu bersifat dinamis.Merealisasikan tanggung jawab moral Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia UNAIR sebagai pembina Desa Kemloko untuk menjadi desa wisata dan budaya.
Sebagai penutup, Tubiyono menyampaikan bahwa PKL Folklor tersebut akan menghasilkan output yang dapat memberikan manfaat bagi sesama.
“Hasil yang diharapkan berupa luaran seperti laporan tertulis sebagai arsip dokumenter, suntingan tradisi yang ada di Desa Kemloko, produksi digital berupa YouTube atau film pendek, publikasi melalui media cetak dan digital, dan kegiatan seminar regional atau nasional, ” tukasnya.
Sebagai informasi tambahan, Desa Kemloko merupakan desa binaan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FIB UNAIR sejak tahun 2012. (*)
Penulis: Rafli Noer Khairam
Editor: Binti Q. Masruroh