SURABAYA – Produksi bahasa pada anak melibatkan pembangunan ujaran dari bagian variasi bahasa yang telah dipelajari dalam cara yang sesuai dengan konteks komunikasi. Produksi bahasa memerlukan fokus terhadap bentuk ujaran, fungsi dan tujuan penggunaannya.
Endah Mastuti, S.Psi., M.Si., Psikolog, Dosen Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (UNAIR) menyebut bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan orang tua untuk melakukan kegiatan joint attention, semakin kaya kosakata yang dimiliki anak. Orang dewasa, lanjutnya, memiliki keterlibatan yang terbatas dalam pengajaran langsung mengenai bahasa, namun berperan penting untuk memfasilitasi penerimaan bahasa pada anak.
“Ibu adalah sosok yang sangat efektif dalam mengikut arah perhatian anak, kemudian bisa memberi label objek yang sedang diperhatikan oleh anak, ” ujar Endah pada Kamis (28/7/2022).
Pada dua tahun awal kehidupan anak, sambungnya, orang tua dapat berbicara terhadap anak dengan melabel benda dan kejadian, serta merespon komunikasi anak. Demikian pula ketika perilaku komunikasi anak berkembang, ibu secara tidak sadar memodifikasi perilakunya. Sehingga bentuk komunikasi yang terjadi membutuhkan lebih banyak keterlibatan anak.
“Pada pertengahan usia dua tahun, ibu dapat melabel dan meminta nama benda pada jumlah yang cukup berimbang, dan dialog pun mulai terbentuk. Selain itu, Ibu mulai membentuk bicara anak dengan lebih membedakan antara respon yang dapat diterima dan tidak dapat diterima. Ibu juga bisa merubah cara berbicara yang dikenal dengan motherse atau parentese, ” jelas Endah.
Lebih lanjut, Endah menjelaskan bahwa anak dapat berpartisipasi secara efektif saat berkomunikasi, karena kemampuan ibu untuk melakukan percakapan. Sehingga orang dewasa tidak perlu menyederhanakan bahasa yang mereka gunakan terhadap anak. Dialog yang terus-menerus dan ritmis bergantung pada kemiripan struktur ujaran ibu dan anak, serta korespondensi ujaran ibu dalam kejadian tertentu.
“Mainan yang digunakan oleh anak juga mempengaruhi jumlah dan jenis produksi bahasa orang dewasa. Secara umum, mainan yang mendukung bermain peran, seperti boneka, menimbulkan lebih banyak variasi bahasa dari orangtua, ” paparnya.
Perkembangan Bahasa dan Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas yang penting dalam kehidupan masa kanak-kanak awal. Bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang aktif, dilakukan dengan sukarela, dan umumnya bermakna serta menyenangkan bagi anak
Endah menyebut bermain akan membantu anak dalam mengeksplorasi dunia mereka dan membangun pengetahuan yang baru. Bermain juga menjadi wadah bagi anak-anak untuk menyelesaikan permasalahan, mengaktifkan daya imajinasi dan kreativitas anak, serta dapat merasakan kesenangan dari kegiatan bermain itu sendiri.
“Melalui kegiatan bermain, anak dapat belajar bagaimana membangun hubungan sosial, berbagi, dan bernegosiasi dengan anak lainnya, ” pungkasnya. (*)
Penulis: Muhammad Suryadiningrat
Editor: Nuri Hermawan