KOTA MALANG - Salah satu upaya Universitas Brawijaya dalam berkontribusi kepada masyarakat, adalah dengan mengenalkan peranan cagar biosfer, tidak hanya bagi lingkungan, namun juga bagi masyarakat. Inilah yang menjadi bahasan utama dalam Kick Off Program Center of Excellence for Sustainable Biosfer, Kamis (17/3/2022), secara daring.
Program ini didesain dengan melibatkan pusat-pusat studi di bawah LPPM, BPPM Fakultas, dan Pascasarjana yang bertujuan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan global akan model kehidupan lestari melalui model pengelolaan interdisipliner kawasan binaan yang akan berperan sebagai laboratorium untuk penyelenggaraan kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat.
“Salah satu bentuk program dalam bidang lingkungan adalah Cagar Biosphere. Di Jawa Timur terdapat 2 kawasan Cagar Biosphere, yaitu Cagar Biosphere Arjuno – Bromo Tengger Semeru dan Cagar Biosphere Blambangan.
Potensi kedua kawasan tersebut kurang dioptimalkan, sehingga menjadi tantangan bagi UB dalam mendorong recognisi nasional. Dengan interdisplinary diharapkan bisa menghasilkan karya nasional UB bereputasi global, sehingga diperlukan pengintegrasian dengan bekerja bersama-sama dalam satu kawasan model Cagar Biospher.
Peran dan interfensi LPPM diharapkan dapat mendorong beberapa penelitian yang memungkinkan untuk dilaksanakan pada kawasan tersebut dan menginisisasi program pengabdian melalui program KKN”, imbuhnya Ketua LPPM, Prof. Luchman Hakim, S.Si., M.Agr., Ph.D.
Kawasan binaan program Centre of Excellence for Sustainable Biosphere, berada di Kabupaten Malang, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan. Lokasi ini merupakan zona penyangga sistem pengelolaan cagar Biosfer Arjuno Bromo Tengger Semeru, yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada sidang ke-27 International Coordinating Council (ICC) MAB di Kantor Pusat UNESCO pada 9 Juni 2015 di Paris.
Sedangkan Kabupaten Banyuwangi adalah kabupaten inti dari sistem cagar biosfer Blambangan yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada sidang Dewan Koordinasi International (International Coordinating Council-ICC) Program MAB (Man and the Biosphere/Manusia dan Biosfer)) ke28 di Kota Lima, Peru pada 18-20 Maret 2016.
Dalam materinya yang berjudul “Konsep dan Implementasi Cagar Biosfer Bromo Tengger, Semeru-Arjuno dan Cagar Biosfer Belambangan”, Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto dari Komite Nasional Program MAB UNESCO Indonesia, BRIN menyampaikan
“Satu hal yang perlu diingat bahwa kita mengajukan kawasan ini untuk menjadi kawasan biosfer tidaklah mudah karena mengalami suatu proses yang cukup panjang untuk menyampaikan keunggulan-keunggulan kita yang ada di dua kawasan ini agar mendapatkan rekomendasi atau pengakuan dunia bahwa kawasan ini layak untuk dikelola melalui konsep cagar biosfer”.
“Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sebagai taman nasional yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi tentu saja sangat berhubungan erat dengan prinsip-prinsip pada konsep cagar biosfer” ungkap Novita Kusuma Wardani, S.Hut., M.AP., M.Env selaku Kepala Bagian Tata Usaha serta merangkap sebagai plt. Kepala Balai Besar TNBTS pada materinya yang berjudul “Kebijakan TNBTS dalam pengelolaan sumberdaya hayati dan geologi di TNBTS dan upaya-upaya TNBTS dalam pengelolaan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar TNBTS”, pungkasnya. (LPPM)