SURABAYA – L’Oréal dan UNESCO menggandeng Organization for Women in Science for the Developing World (OWSD) menyelenggarakan program For Women in Science (FWIS) guna mendukung peneliti perempuan berbakat di bidang sains. Untuk itu, FWIS menggelar sosialisasi bagi para peneliti perempuan, termasuk yang ada di lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), sekaligus talkshow bertajuk Stop the Drop: Perjuangan dan Potensi Perempuan Peneliti Indonesia dalam STEM di Gedung Pusat Riset ITS, Kamis (16/6/2022).
Presiden OWSD Indonesia Dr Sri Fatmawati M Sc mengatakan, ITS sebagai house institution program juga bekerja sama melancarkan upaya OWSD dengan melancarkan berbagai program. Di antaranya adalah program science series, event internal maupun eksternal, funrace, pameran karya, dan membuat buku bersama. “Hal ini dilakukan demi mewujudkan ekosistem akses penelitian bagi perempuan, ” ungkap dosen Departemen Kimia ITS ini.
Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD menyambut dengan antusias program FWIS 2022
Lebih lanjut, perempuan yang akrab disapa Fatma ini memaparkan bahwa ilmuwan perempuan sudah mulai memimpin penelitian inovatif di seluruh dunia. Namun terlepas dari penemuan mereka yang luar biasa, perempuan mewakili hanya 33, 3 persen peneliti secara global dan pekerjaan mereka jarang mendapatkan pengakuan yang layak. “Hanya 3 persen dari hadiah nobel untuk sains yang pernah diberikan kepada perempuan, ” ungkapnya prihatin.
Sementara itu, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Dr Itje Chodidjah M A mengatakan perlunya memupuk semangat peneliti perempuan dalam meraih prestasi nasional maupun internasional. “Hal terpenting dalam penelitian adalah pemanfaatannya bagi kehidupan masyarakat dan lingkungan, serta bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat, ” tuturnya mengingatkan.
Presiden OWSD Indonesia yang juga peneliti bidang Kimia Bahan Alami ITS Dr Sri Fatmawati MSc saat memberi sambutan
Lebih lanjut, Itje menjelaskan, program FWIS kali pertama diselenggarakan secara global oleh L’Oréal dan UNESCO pada tahun 1998 dan diluncurkan secara nasional di Indonesia sejak tahun 2004. Selama 18 tahun menjalankan program ini di Indonesia, FWIS telah memberikan penghargaan dan pendanaan penelitian ilmiah kepada 63 perempuan peneliti muda Indonesia. Lima orang di antaranya telah sukses mengharumkan nama bangsa dengan meraih penghargaan L’Oréal UNESCO For Women In Science di kancah internasional.
Yayasan L’Oréal dan UNESCO sendiri telah bekerja sama selama lebih dari 20 tahun untuk membantu memberdayakan lebih banyak perempuan peneliti. Hal ini guna mencapai keunggulan ilmiah dan berpartisipasi secara setara dalam memecahkan tantangan besar yang dihadapi umat manusia.
Dr Itje Chodijah M A memberikan sambutan dan motivasi bagi para peneliti perempuan untuk terus berkarya
Sampai saat ini, L’Oréal telah memberikan lebih dari 100 pemenang, lima di antaranya telah memenangkan penghargaan Nobel. “Bekerja di Ilmu Fisika, Ilmu Formal, dan Ilmu Kehidupan di lima benua berbeda, para perempuan peneliti terkemuka ini membantu mengubah dunia melalui penemuan mereka, dan juga menjadi panutan bagi generasi muda perempuan peneliti yang ingin mengejar karir ilmiah mereka, ” ujar Itje.
Setiap tahunnya, menurut Itje, program L’Oréal-UNESCO FWIS mendukung lebih dari 250 perempuan peneliti muda berbakat. Melalui 52 program regional dan nasional, Foundation L’Oréal dan UNESCO mendukung pada periode penting dalam karir mereka, selama tesis atau studi pascadoktoral.
Baca juga:
Sri Hastjarjo, S Sos , Ph D: Pers dan Media
|
Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS Fadlilatul Taufany ST PhD (kiri) bersama Dr Itje Chodidjah MA (tiga dari kanan) saat meninjau pameran
Itje kemudian berpesan, masih banyak yang harus dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender sejati dalam sains. “Suatu hari, kita akan hidup di dunia di mana anak perempuan didorong untuk belajar sains, di mana perempuan memiliki dukungan yang memadai untuk menyeimbangkan tanggung jawab penelitian dan menjadi ibu, dan di mana para ilmuwan dinilai murni berdasarkan penemuan mereka dan potensi pekerjaan mereka untuk mengubah dunia, ” tuturnya mengakhiri. (HUMAS ITS)
Reporter: Silvita Pramadani