BANDUNG – Universitas Airlangga (UNAIR) melangsungkan silaturahmi dan diskusi bersama dengan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Reini Wirahadikusumah PhD pada Selasa (28/6/2022) di Ballroom The Trans Luxury Hotel Bandung. Bertajuk Rapat Pimpinan dan Focus Group Discusion (FGD) UNAIR, diskusi itu membahas beragam topik. Mulai berkaitan dengan tantangan perkembangan ITB, soal kebangsaan, hingga tantangan perguruan tinggi.
Membuka paparannya, rektor pertama perempuan ITB itu mengaku merasa terhormat atas kesempatan berdiskusi dan sharing bersama dengan seluruh pimpinan UNAIR. Acara seperti itu, imbuhnya, sangat bagus dalam upaya bersama saling memberikan masukan dan pengembangan kampus masing-masing.
“Saya merasa kurang layak sebenarnya untuk memberikan paparan. Kita sharing biar bisa saling belajar antara ITB dan UNAIR, ” ujarnya, diikuti tepuk tangan dari peserta Rapim dan FGD UNAIR.
Prof Reini menyampaikan secara kesejarahan ITB didirikan sebagai bentuk problem solver untuk bangsa dan negara. Khususnya yang berkaitan dengan persoalan engginering. Semangat itulah yang sampai dengan saat ini menjadi ruh pengembangan ITB.
Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si. (kiri) saat menjadi moderator dalam diskusi bersama Prof Reini Wirahadikusumah PhD pada Selasa (28/6/2022). (Foto: Agus Irwanto)
“Tentu, misal dalam hal-hal yang lain, ITB tidak bisa mengerjakannya. Misalnya, hanya bisa dilakukan UNAIR. Tentu spesialisasi itulah yang menjadikan kita membuka peluang untuk kolaborasi dalam memajukan bangsa dan negara, ” tandasnya.
“Di sisi lain, ITB juga harus terus mampu menjawab tantangan-tantangan bangsa yang semakin kompleks ke depan, ” imbuhnya.
Sejumlah tantangan tak mudah, ungkap Prof Reini, memang tengah dihadapi seluruh perguruan tinggi, termasuk ITB. Setidaknya sejak tahun 2020, ITB tengah melakukan pengembangan pada tiga hal. Pertama, berkaitan dengan human capital. Kedua, integrasi sistem. Dan, ketiga membangun budaya keilmuan.Human capital, sebut Prof Reini, berhubungan dengan manajemen artis atau pengelolaan sumber daya manusia (SDM) di ITB. Pihaknya menempatkan SDM sebagai aset yang sangat penting.
“Di ITB, kita juga menekankan untuk memperhatikan kualitas, keterjangkauan, dan akuntabilitas. Tentu kualitas meliputi banyak hal. Mahasiswa, pendidikan, riset, ” sebutnya.
“Lalu, keterjangkauan berkaitan dengan membuka kesempatan siapa pun untuk mengenyam pendidikan di ITB. Dan, akuntabilitas berkaitan dengan transparansi pengelolaan, ” imbuhnya.
Prof Reini menyampaikan, berkaitan dengan integrasi sistem, pihaknya mendorong adanya efektifitas dan efisiensi. Mengingat, sebelumnya, ITB memiliki banyak sistem.
Berikutnya yang ketiga, imbuh Prof Reini, berkaitan dengan membangun budaya keilmuan. Pihaknya mendorong civitas akademika memiliki jiwa keilmuan, pembelajar, dan yang tinggi.“Tentu, selain itu adalah membangun budaya konsistensi atau istiqomah, ” katanya.
Pada akhir, Prof Reini menekankan bahwa pentingnya penguatan kolaborasi dalam pengembangan perguruan tinggi ke depan. Seperti halnya yang didorong di ITB saat ini, misalnya antar-civitas akademika. Berbagai riset dan proyek dosen juga melibatkan mahasiswa.
“Kita juga sangat berharap ke depan kita bisa berkolaborasi, ITB dengan UNAIR. Tentu dengan spesialisasi keunggulan masing-masing, ” ungkapnya.
Penulis: Feri Fenoria